Kamis, 01 Mei 2014

Mengatasi Stres pada proses belajar

Pada proses belajar apa saja termasuk pada proses belajar bahasa Inggris, kita sering mendengar istilah stres sebagai pengungkapan rasa galau yang dialami seseorang. Apakah sebenarnya stres itu dan bagaimana mengatasinya ?
Stres adalah istilah yang banyak digunakan di jaman modern, terutama di permulaan abad 20. Stres seperti menjadi bagian masalah sehari-hari manusia jaman sekarang. Sedangkan fakta menunjukkan bahwa di generasi masa lalu, istilah yang sering digunakan adalah "takut" bukan stres. Apakah ada bedanya ?
Pertama-tama kita akan mempelajari apakah penyebab stres yang sebenarnya ? Untuk itu kita perlu mengenal struktur otak kita.
Otak kita terdiri dari 3 bagian besar yaitu :
  1. Pada otak bagian bawah terdapat batang otak, dan sering disebut dengan otak reptil. Otak bagian inilah yang membangunkan BBIY Friends di pagi hari, menyuruh untuk tidur di malam hari, dan mengingatkan jantung untuk terus berdenyut.
  2. Pada bagian atas dari pangkal otak terdapat otak tengah, sering juga disebut dengan otak mamalia. Bagian ini berfungsi mengatur temperatur internal tubuh, mengakomodasi emosi, dan membangun respon untuk menyerang atau bertahan ketika ada sebuah bahaya.
  3. Bagian otak yang ke-3 adalah Cortex. Cortex memungkinkan manusia untuk menciptakan peradaban, seni, sains, dan musik. Semua berada di sana. Di sini terdapat bagian yang rasional dan intutif, termasuk tempat kita mendapatkan semua inspirasi dan solusi-solusi untuk kehidupan.
Nah, kira-kira di bagian mana sebuah stres terjadi ?
Mekanisme ini didesain untuk melakukan tindakan ketika dihadapkan pada bahaya tiba-tiba. Ketika bagian ini bekerja, maka bagian lain seperti cortex yang mengatur pemikiran rasional atau kreatif akan berhenti berfungsi. Mungkin BBIY Friends pernah secara tiba-tiba mengalami sebuah ancaman mendadak, maka pada saat itu tentunya BBIY Friends tidak akan sempat memikirkan hal-hal yang rasional atau bersifat solusi. Tidak lagi memikirkan penampilan, reputasi atau cita-cita. Pokoknya selamatkan diri dulu deh. Benar kan ?  Coba liat pada situasi ketika ada gempa bumi mendadak, kebakaran atau apapun ancaman yang mengejutkan. Mungkin seseorang yang tadinya bertindak tenang, berjalan dengan anggun, image selalu sempurna akan bertindak seperti orang liar, lari cepat, berteriak-teriak, bahkan bisa melompat seperti harimau. Atau pada sebuah team, ketika terjadi masalah pada sebuah proyek dan berbahaya, apa yang terjadi ? Team tersebut akan cerai berai menyelamatkan dirinya masing-masing.  Nah, ini semua dikerjakan oleh sistem pada amygdala. Lalu apa hubungannya dengan stres ?
Benar, jika dulu amygdala membunyikan alarm ketika muncul sebuah bahaya, maka justru sekarang alarm itu berbunyi ketika manusia diperhadapkan pada sebuah perubahan atau tantangan. Tantangan pada jaman sekarang bisa berarti sebuah pertemuan dengan lingkungan baru, orang baru, sistem baru, atau target baru. Ketika tantangan dianggap terlalu besar, maka amygdala akan berfungsi dan bereaksi, akibatnya akses kita ke cortex yang mampu menghasilkan sebuah solusi atau nalar dan fungsi pemikiran akan terhenti. Kita tidak lagi berpikir bagaimana memecahkan masalah, atau memikirkan bagaimana caranya, kita akan bertindak seperti suasana ratusan tahun yang lalu yaitu menyerang (menolak), bertahan (tidak mau berubah), atau meninggalkan sebuah tantangan atau perubahan. Di sinilah rasa takut mendominasi, dan manusia jaman sekarang menyebut rasa takut itu sebuah stres.